Kisah Sumur Zam-zam

Sudah beberapa tahun belakangan Abdul Muthalib kewalahan dalam menyediakan bahan makanan dan minuman bagi jamaah haji dan orang orang yang berziarah ke Mekkah. Terutama dalam hal minuman, ia sudah hampir kewalahan karena persediaan air semakin hari semakin menipis dan ia tidak rela bila para tamu Allah menderita kehausan saat berziarah untuk beribadah disekitar kakbah. Selaku orang yang paling bertanggung jawab atas bait Allah Kakbah maka ia hendak menggali kembali sumur zam zam yang telah lama tertimbun. Menyadari bahwa ini adalah pekerjaan yang sangat sulit maka ia berharap kepada para penduduk daerah hijaz untuk membantunya tapi mereka enggan semua sedangkan ia baru memiliki anak hanya seorang yaitu Harits

Untuk melaksanakan rencana tersebut Abdul Muthalib senantiasa berthawaf di kakbah dan berdoa agar diberi anak yang banyak. Tidak cukup hanya itu bahkan ia bernadzar akan menyembelih salah seorang anaknya untuk kurban bila doanya dikabulkan. Allah mengabulkan doanya dan beberapa tahun kemudian lahirlah anak-anaknya, di antaranya adalah Abu Thalib, Abbas, Abu Lahab, Zubair, dan Abdullah. Setelah putra putranya itu tumbuh remaja dan telah terkumpul tenaga tenaga yang mencukupi maka Abdul Muthalib dengan mengucap bismillah kembali menggali timbunan pasir dan bebatuan yang mengubur sumur zam zam. Panas terik tidak membuat mereka kendur hati untuk melaksanakan tugas mulia ini. Ini adalah salah satu bentuk pengkhidmatan/ pelayanan tinggi bagi Allah karena tamu tamu yang tiap tahun melakukan ziarah dan ibadah haji akan sangat terbantu dengan melimpahnya air untuk keperluan jamaah.


Inilah yang menjadikan kedudukan Abdul Muthalib makin dihormati penduduk hijaz. Ia merupakan orang yang pertama diminta tolong bila ada orang dalam keadaan susah. Ia juga yang menjadi juru damai bila perselisihan terjadi diantara suku suku yang bertikai. Sering pula orang yang bepergian jauh ke luar hijaz untuk keperluan berdagang atau lawatan lainnya maka mereka akan menitipkan harta bendanya kepada Abdul Muthalib. Inilah banyak keistimewaan yang dimiliki oleh kakek Rasulullah SAW.

Setelah beberapa minggu menggali maka sudah mulai nampak hasil jerih payah mereka. Air zam zam mulai dan kini Abdul Muthalib sudah dapat bernafas lega tidak akan kesusahan lagi menyediakan air minum bagi para jamaah haji tahun depan.

Setelah penggalian sumur selesai dan sukses, Abdul Muthalib berniat melaksanakan nadzarnya, yaitu menyembelih salah seorang putranya sebagai kurban. Dengan disaksikan banyak orang, Abdul Muthalib membawa anak-anaknya ke dekat Kakbah, lalu diundi siapa yang akan dijadikan kurban. Dari undian itu ditentukan bahwa Abdullah yang akan dikurbankan.

Abdul Muthalib kemudian membawa Abdullah ke tempat penyembelihan di dekat sumur zam-zam, dan bersiap-siap untuk menyembelih Abdullah. Masyarakat menentang rencana Abdul Muthalib. Mereka menyarankan agar menghubungi perempuan ahli nujum di Yatsrib. Di hadapan wanita ini dilakukan undian lagi, yang akhirnya Abdullah tidak jadi disembelih. Sebagai gantinya disembelih 100 ekor unta. Peristiwa ini menjadikan nama Abdul Muthalib dan Abdullah terkenal di seluruh tanah Arab. Tidak lama kemudian Abdullah menikah dengan Aminah dan tinggal di Mekkah.

Kisah Islami

Kisah Populer

kisah islami, kisah teladan islam, kisah kisah tokoh islam, kisah kisah islam renungan bersama, cerita islam, alkisah islam, kisah2 islam, gambar islam, kisah keluarga islami

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP